Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

PEMANFAATAN KANDUNGAN SELULOSA LAMUN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PULP

  • Kamis, 26 Mei 2011
  • Luciana Indah
  • Label:

  • PEMANFAATAN KANDUNGAN SELULOSA LAMUN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PULP

    PENDAHULUAN

    Latar belakang


    Dewasa ini penggunaan kertas sudah menjadi gaya hidup bagi semua orang mulai dari kebutuhan surat menyurat, sebagai sarana media informasi ( media cetak ), kebutuhan pembungkus makanan, dan masih banyak hal lainnya. Kertas bisa kita jumpai dan relatif mudah untuk mendapatkannya, tak heran bila penggunaan kertas pun menjadi sesukahati oleh penggunanya. Bisa dibayangkan apa jadinya bila tidak ada kertas. Tingkat kebutuhan akan kertas pun semakin meningkat dari hari ke hari. Jika dahulu adanya komputer dan email sebagai sarana yang dapat menggantikan kebutuhan akan kertas namun saat ini tidaklah demikian, penggunaan kertas pun tetaplah tinggi. Tingginya kebutuhan kertas berimbas pada penggunaan kayu tak heran jika harga pulp dipasaran semakin tinggi, bahkan diindonesia kayu bisa diibaratkan seperti emas berwarna coklat. Saat ini Indonesia malah mengimpor kayunya untuk kebutuhan pulp dipasaran karena dengan penjualan kayu itulah dapat meningkatkan setidaknya pendapatan negara. Kebutuhan industri kertas akan pulp semakin meningkat oleh karena itu industri kertas mengharapkan banyak hutan yang dapat beroprasi agar kebutuhan akan pulp terpenuhi. Menurut sumber meningkatnya kapasitas produksi industri pulp dan kertas juga diikuti oleh kenaikan jumlah konsumsi kertas per kapita. Konsumsi kertas per kapita di Indonesia pada tahun 1992 baru mencapai 10 kg, kemudian meningkat menjadi 15,5 kg pada tahun 1996. Kenaikan konsumsi kertas per kapita di Indonesia utamanya dipicu oleh bertambahnya industri pers dan percetakan, meningkatnya kebutuhan kertas industri, kemajuan teknologi informasi yang membutuhkan media keluaran berupa kertas dan diversifikasi penggunaan kertas yang semakin melebar.
    Kayu yang digunakan di Indonesia untuk kebutuhan pembuatan kertas umumnya berasal dari pohon Akasia mangium, daur ulang tumbuh akasia ini cukup lama yakni membutuhkan waktu sekitar enam tahun. Industri kertas dan pulp semakin naik saja permintaannya bayangkan saja untuk memproduksi satu rim kertas setara setara dengan satu pohon berumur lima tahun. Untuk setiap ton, pulp membutuhkan 4,6 meter kubik kayu, dan satu ton pulp menghasilkan 1,2 ton kertas. Satu hektar hutan tanamanan industri (akasia) dapat menghasilkan kurang lebih 160 meter kubik kayu. Jika pertahun diproduksi 3 juta ton pulp, maka membutuhkan 86.250 hektar hutan (Sudjarwadi). Ironisnya fakta tersebut mengancam hutan-hutan di Indonesia untuk dieksploitasi secara berlebihan demi menutupi kebutuhan tersebut. Bila terus dibiarkan lama-kelamaan hutan-hutan di Indonesia akan habis dalam tempo yang singkat. Untuk itu segala upaya di lakukan untuk mengurangi penebangan kayu secra berlebihan.
    Sumber daya alam di Indonesia jangan terpaku pada sumber daya alam yang ada di darat saja, Indonesia pun memiliki sumber daya bahari yang kaya, yang masih belum diolah secara maksimal. Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan sebagian besar wilayahnya didominasi oleh lautan. Sehingga sangat mungkin untuk mengembangkan potensi baharinya salah satu potensi bahari yang dapat dikembangkan yaitu tumbuhan lamun. Lamun memiliki berbagai fungsi, fungsi ekologis, fungsi fisik, fungsi biologis, maupun fungsi ekonomis. Fungsi ekonomis lamun lebih kepada pemanfaatannya dalam memenuhi kepentingan hidup manusia, diantaranya sebagai bahan baku kebutuhan hidup produk-produk modern (Philip & Menez, 1988) sebagai penyaring limbah, sebagai stabilisator pantai, bahan baku pada pabrik kertas, makanan, obat-obatan dan sumber kimia. Di Indonesia lamun banyak dijumpai di perairan pantai pulau-pulau utama. Lamun dapat digunakan sebagi alternatif bahan baku dalam pembuatan kertas, karena lamun merupakan salah satu macrophyta yang memiliki kandungan selulosa pada tubuhnya. Hasil penelitian menyatakan lamun laut memiliki pertumbuhan yang cepat. Kelimpahan yang tinggi dan pertumbuhan yang cepat lamun laut dapat dijadikan sebagai sumbur selulosa baru. Lamun yang berlimpah bermanfaat bagi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.



    TUJUAN DAN MANFAAT

    Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk memberikan informasi bahwa potensi lamun dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya bahari terutama sebagai bahan baku pembuatan kertas.
    Manfaat
    Manfaat dari karya tulis ini, memberikan informasi mengenai manfaat ekonomis dari lamun sebagai bahan baku pembuatan kertas. Dengan demikian dapat mengurangi permasalahan eksploitasi hutan yang terus ditebang untuk keperluan industri pembuatan pulp sebagai bahan baku pembuatan kertas.




    GAGASAN

    Fakta bahan baku kertas di Indonesia saat ini

    Penggunaan kertas saat ini tak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari. Kertas terdiri dari bermacam-macam jenis seperti kertas sebagai pembungkus makanan, kertas tissu, kertas cetak, kertas tulis, kertas koran,dan kertas karton. Perubahan gaya hidup masyarakat seiring dengan zaman menyebabkan penggunaan kertas terus meningkat, mulai dari kegunaan kertas sebagai pembungkus makanan atau minuman, kegunaan kertas sebagai media tulis dan cetak, serta berbagai kegunaan penunjang gaya hidup lainnya. Gaya hidup masyarakat moderen saat ini sangat konsumtif dalam penggunaan kertas mungkin disebabkan pula oleh kertas yang mudah didapat dan tergolong masih relatif murah sehingga semakin konsumtifnya masyarakat dalam menggunakan kertas. Kertas dibuat dengan menggunakan bahan baku yang disebut pulp, pulp berasal dari serat tanaman yang merupakan jalinan serat yang telah diolah sedemikian rupa sehingga membentuk suatu lembaran. Pulp yang merupakan serat tanaman dapat berasal dari tumbuhan-tumbuhan lain yang mengandung serat tetapi pada umumnya serat yang digunakan sebagai bahan baku kertas adalah serat kayu. Serat yang dapat diolah menjadi bahan baku kertas berupa selulosa, selulosa ini terdapat dari serat tanaman. Peningkatan kebutuhan kertas tentu saja diiringi oleh peningkatan bahan baku produksi kertas itu sendiri ( pulp ). Perkembangan industri pulp di Indonesia mengalami peningkatan. Seiring dengan meningkatnya kapasitas produksi, ekspor pulp dan kertas Indonesia terus meningkat. Bila sebelumnya Indonesia selalu menjadi net importir pulp maka sejak tahun 1995 berbalik menjadi net eksportir pulp. Angka pertumbuhan ekspor pulp tidak kurang dari 96 % antara tahun 1994-1996. Sebagai net eksportir kertas Indonesia sudah tidak asing lagi. Data APKI (Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia) menunjukkan bahwa antara tahun 1987-1996 jumlah ekspor kertas Indonesia selalu lebih besar dari jumlah impornya, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 26,11 %.
    Meningkatnya kapasitas produksi industri pulp dan kertas juga diikuti oleh kenaikan jumlah konsumsi kertas per kapita. Konsumsi kertas per kapita di Indonesia pada tahun 1992 baru mencapai 10 kg, kemudian meningkat menjadi 15,5 kg pada tahun 1996. Kenaikan konsumsi kertas per kapita di Indonesia utamanya dipicu oleh bertambahnya industri pers dan percetakan, meningkatnya kebutuhan kertas industri, kemajuan teknologi informasi yang membutuhkan media keluaran berupa kertas dan diversifikasi penggunaan kertas yang semakin melebar. Harga pulp yang tinggi di pasar internasional (saat ini harganya US$ 680 - 700 per ton) dan konsumsi kertas yang terus meningkat merupakan dua faktor utama yang merangsang pertumbuhan industri pulp dan kertas di Indonesia. Meskipun harga pulp dan kertas di pasar internasional berfluktuasi dari waktu ke waktu, produsen pulp dan kertas di Indonesia sulit untuk rugi. Biaya produksi pulp di Indonesia sebelum krisis ekonomi terjadi hanya US$ 217 per ton (saat ini US$ 250-300). Namun bila mengetahui dari mana asal-usul bahan baku pembuat kertas, maka "wajah angker" industri pulp dan kertas akan terlihat jelas. Sampai sekarang tercacat beberapa bahan baku pembuat kertas, antara lain merang, bagas, bambu, kertas bekas dan kayu bulat. Industri pulp skala besar, yang kebanyakan didirikan di luar pulau Jawa, bahan baku utamanya adalah kayu bulat yang berasal dari hutan alam (aktivis LSM lingkungan hidup menyebutnya ‘pulping the rain forest"). Industri pulp yang telah lama didirikan di Pulau Jawa belakangan ini juga menggunakan kayu sebagai bahan baku utamanya. Sampai saat ini, masih lebih dari 90% bahan baku kayu untuk "memberi makan" industri pulp di Indonesia berasal dari hutan alam, utamanya adalah kayu IPK (Ijin Pemanfaatan Kayu), yaitu kayu berbagai jenis yang dihasilkan dari kegiatan land clearing pada areal hutan alam yang akan dikonversi untuk berbagai keperluan, misalnya untuk areal pembangunan hutan tanaman industri (HTI) dan perkebunan kelapa sawit.
    Fakta yang lebih ironis lagi untuk membuat 1 rim kertas setara dengan 1 pohon berumur 5 tahun. Untuk setiap ton, pulp membutuhkan 4,6 meter kubik kayu, dan 1 ton pulp menghasilkan 1,2 ton kertas. 1 hektar hutan tanamanan industri (akasia) dapat menghasilkan kurang lebih 160 meter kubik kayu. Jika pertahun diproduksi 3 juta ton pulp, maka membutuhkan 86.250 hektar hutan.Daur ulang tumbuh acacia yang cukup lama, yakni 6 tahun, menyebabkan industri pulp membutuhkan lebih banyak hutan untuk beroperasi. Berdasarkan data dari Departemen Kehutanan pada tahun 1997, total kapasitas produksi industri perkayuan di Indonesia setara dengan 68 juta m3 kayu bulat. Kapasitas tersebut 3 kali lipat lebih besar dibandingkan kemampuan hutan produksi Indonesia untuk menghasilkan kayu secara lestari. Akibatnya, bahan baku industri kertas banyak berasal dari hutan alam, dan diperparah dengan tidak dilakukannya penanaman hutan kembali. Ini menunjukkan kertas erat kaitannya dengan hutan. Bahkan menurut World Wide Fund (WWF), penggunaan 1 rim kertas telah mengorbankan dua meter persegi hutan alam.
    Solusi yang pernah ditawarkan sebelumnya guna mengurangi penggunaan kayu sebagai bahan baku kertas ( pulp )
    Saat ini banyak usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi pengeksploitasian hutan untuk bahan baku kertas, yaitu gerakan konservasi hutan Indonesia dengan mengadakan penyuluhan kepada masyarakat bahwa pentingnya ekosistem hutan untuk dijaga dan dilestarikan, ada pula kegiatan penanaman hutan kembali namun sayangnya kegiatan ini tidak efektif dan tidak berlangsung lama. Upaya lainnya yaitu beralih ke e-book,penggunaan kertas dua sisi dan penggunaan kertas daur ulang. Namun tampaknya hal tersebut belum efektif dan kurang efisien mengingat belum semua orang tanggap internet,kertas daur ulang pun dirasa kurang menarik perhatian konsumen karena kualitas kertas daur ulang tidak bisa sebagus kualitas kertas produk dari kayu, serta penggunaan kertas dua sisi pun juga belum sepenuhnya dapat terealisasikan. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pulp dan kertas, sejak awal tahun 1990 pemerintah dan pengusaha melakukan pembangunan HTI, terutama HTI-pulp. Namun hampir semua industri pulp dan kertas telah beroperasi sebelum HTI-pulp dapat dipanen, bahkan sebelum HTI ditanam. Akibatnya, hutan alam yang telah lama mengalami over eksploitasi juga menjadi tumpuan utama sumber bahan baku industri pulp dan kertas. Sementara itu, realisasi pembangunan HTI sangat lambat. Sebagian besar HTI yang telah dibangun sampai saat ini belum dapat dipanen. Data Statistik Pengusahaan Hutan menunjukkan pada tahun 1997/1998 produksi kayu HTI hanya 425.893 m3. Jika dibandingkan dengan kapasitas produksi industri pulp pada tahun 1997 maka jumlah tersebut sangatlah kecil. Perlu dilakukan usaha lain seperti pemahaman mengenai potensi lamun sebagai semberdaya lain yang dapat dimanfaatkan dalam alternatif bahan baku kertas yang tepat agar kualitasnya dapat sebanding dengan bahan baku kertas ( pulp ) dari kayu.
    Seberapa jauh pemanfaatan lamun sebagai bahan baku pembuatan kertas ( pulp )
    Lamun merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang mampu berinteraksi dengan salinitas yang tinggi dan terendam di dalam air laut. Memiliki struktur tubuh seperti tumbuhan darat, yaitu mempunyai akar, batang, daun dan buah serta termasuk kedalam anthophyta karena tumbuhan ini menghsailkan bunga. Lamun diketahui mempunyai kandungan serat yang tinggi. Hal ini dibuktikan dalam analisis scanning Electron microscopy (SEM) terhadap kumpulan serat lmaun laut memperlihatkan kandungan selulosanya yang tinggi, dimana komposisi dinding sel tidak terlihat seperti graminaceous pada tanaman monokotil dan lebih aktin daripada tanaman dikotil. (Gozwami et al. 1996).
    Waldron et al (1989) menyatakan bahwa komposisi dinding sel pada jaringan lamun menyatakan kandungan selulosa pada dinding sel berkisar antara 30 – 50 % dalam semua jaaringan dan semakin tua umur lamun laut maka semakin besar kandungan selulosanya. Kandungan selulosa pada lamun laut paling banyak terdapat pada rhizoma (Dawes et al. 1987)
    Pada kenyataannya, selain lamun memiliki kandungan seluslosa yang tinggi, dikeyahui pula bahwa lamun menpunyai tingkat pwertumbuhan yang cepat dibandingkan tingkat pertumbuhan kayu/pohon yang dapat mencapai bertahu-tahun. Hal ini menjadi nilai lebih dari lamun apabila digunakan sebagai bahan baku kertas. Selain dapat disajikan sebagai pengganti kayu, lamun memlikiki reproduksi yang cepat sehingga lebih cepat dipanennamun diiringi dengan pembudidayaan sehingga stok lamun di alam dapat terjaga.
    Pihak pihak yang mampu mengimplementasikan ide
    Dari gagasan pemanfaatan kandungan selulosa pada lamun sebagai bahan baku pembuatan pulp ini, dimaksudkan untuk mengurangi pengeksploitasian yang berlebihan terhadap hutan Indonesia, memberhentikan maraknya illegal logging yang bila terus dibiarkan lama-kelamaan akan merusak ekosistem dari hutan itu sendiri. Oleh karena itu saat perlu dukungan serta bantuan dari berbagai pihak seperti masyarakat, pemerintah, pihak swasta dan pihak akademisi. Disini masyarakat menjadi faktor utama dalam keberhasilan upaya ini. Karena kertas menjadi kebutuhan sehari-hari dalam hidupnya, begitu pula masyarakat pesisir yang mempunyai peran dalam perlindungan lamun agar tetap lestari. Pihak akademisi dan peneliti khususnya di bidang kelautan mengkaji lebih dalam dan meneliti seberapa jauh pemanfaatan selulosa lamun sebagai bahan baku kertas( pulp ). Disini pemerintah memiliki peran paling besar dalam penetapan kebijakan mengenai pendanaan dalam penelitian lamun tersebut serta penegakan hukum yang jelas agar pihak-pihak swasta yang nakal tidak seenaknya dalam mengelolanya. Pihak swasta seharusnya juga mendukung karena pihak swasta posisinya sebagai produsen, seharusnya pihak swasta dapat mencarilaternatif lain untuk mengganti kayu sebagi bahan bakunya menjadi misalnya pada lamun ini. Dan bila sudah ada teknologi yang mahir dalam pengolahan lamin ini seharusnya pihak swasta mampu membudidayakannya agar tidak emngeksploitasi berlebihan ekosistem pada lamun. Semua pihak mulai dari masyarakat, pemerintah, pihak swasta, akademisi dan peneliti harus berkolaborasi menjaga ekosistem bahari lamun ini tetap terjaga.
    Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan untuk mengipmplementasikan gagasan sehingga tujuan atau perbaikan yang diharapkan dapat tercapai

    1) Menentukan Spesies Lamun yang dibutuhkan, Mengandung Selulosa yang Tinggi dan Memiliki Pertumbuhan Yang Cepat.
    Terdapat berbagai spesies lamun yang ada di Indonesia, setiap spesies-spesies dari lamun ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Yang digunakan untuk bahan baku pembuatan kertas dililih lamun yang mempunyai karakteristik pertumbuhan yang cepat dan memiliki kandungan selulosa yang paling tinggi dibandingkan dari spesies lamun lainnya. Tidak semua lamun memiliki pertumbuhan yang cepat, spesies lamun yang memiliki pertumbuhan yang cepat dan mengandung selulosa yang banyak yaitu Enhalus acoroides. Enhalus acoroides ini dikarenakan memiliki ukuran yang paling besar dibandingkan beberapa jenis lamun yang ada di Indonesia hal tersebut menurut survei & penelitian yang telah dilakukan berdasarkan pertumbuhan lamun.

    2) Adanya Teknologi yang Mampu Mengolah Lamun sebagai Bahan Baku Kertas.
    Lamun perlu diolah terlebih dahulu agar dapat menjadi bahan baku kertas. Sama seperti tumbuhan darat lain. Dikarenakan lamun memiliki kandungan selulosa seperti kayu, maka diharapkan pula cara pengolahannya. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan bahan bakunya, dalam hal ini kemudian dipersiapkan teknologi untukmengekstrak lamun tersebut sehingga terbentuk pulp, dilakukan pembuatan pulp secara kimiawi. Setelah itu dilakukan proses cleaner, yaitu proses pemutihan dimana pulp dicampur dengan berbagai bahan kimia. Selanjutnya dilakukan pemurnian pulp, pada proses mekanis ini terjadi penguraian serat pada dinding selnya, sehingga serat menjadi lebih lentur. Tingkat pemurnian pada proses ini mempengaruhi kualitas kertas yang dihasilkan pembentukan dilakukan dengan proses sizing dan pewarnaan untuk menghasilkan spesifikasi kertas yang diinginkan, tahap akhir yang dilakukan adalah pengepresan lembaran kertas dan pengeringan kertas agar sebagian besar air yang terkandung dalam kertas dapat hilang. Namun, dalam penerapan proses pembuatan kertas berbahan lamun ini perlu dilakukan pengkajian lebih jauh, khususnya oleh akademisi dan para peneliti yang bergerak dalam bidang perikanan dan kelautan agar hasil yang dicapai maksimal.

    3) Adanya Upaya Lanjutan Pemanfaatan Lamun Berupa Kegiatan Budidaya
    Rencana penggunaan lamun sebagai bahan baku kertas tentunya harus diimbango dengan langkah yang tepat dan berkelanjutan, agar penggunaan lamun sebagai bahan baku kertas tidak mengganggu ekosistem lamun yang berada di bawah laut, perlu adanya upaya agar keberadaan lamun tidak berkurang karena tereksploitasi berlebihan. Dalam hal ini kegiatan budifaya merupakan langkah yang implementatif dalam mengimbangi penggunaan lamun tersebut.
    Kegiatan budidaya ini bertujuan agar pasokan lamun sebagai bahan baku kertas dapat terpenuhi secara berkelanjutan tanpa mengganggu ekosistemnya langsung. Sehingga pemenuhan kebutuhan bahan baku lamun yang tinggi sekalipun, tidak mempengaruhi sebaran dan kelangsungan pertumbuhan lamun pada ekosistem aslinya.
    Kegiatan budidaya untuk lamun terdapat beberapa metode diantaranya metode ikat/karung, metode frame, dan metode plug. Dari penelitian yang dilakukan, metode plug merupakan metode yang memiliki tingkat keberhaslian yang paling tinggi, sehingga metode ini dapat diterpkan sebagai upaya untuk perseidaan lamun dalam produksi bahan baku kertas.


    KESIMPULAN
                Tulisan in berhubungan dengan penggunaan lamun sebagai alternatif  bahan baku pembuatan kertas. Kandungan selulosa yang tinggi dalam lamun laut dapat dimanfaatkan sebagai sumber selulosapengganti kayu  yang sat ini semakin langkakarena penggunaannya sebagai bahan baku kertas pemanfaatan lamun sebagai bahan baku kertas masih sedikit dan belum berkembang. Oleh karena itu diperlukan pengembangan dan penelitian lebih lanjut dalam hal penggunaannya sebagai pengganti kayu untuk bahan baku pembuatan kertas.
                Pada kenyataannya, selain lamun memiliki kandungan selulosa yang tinggi, diketahui pula bahwa lamun mempumyai tingkat pertumbuhan yang tinggi pula dibanding pertumbuhan kayu. Hal ini dapat menjadi nilai lebih dari lamun apabila digunakan sebagai alternatif bahan baku pembuatan kertas. Selain dapat dijadikan sebagai pengganti kayu, lamun memiliki reproduksi yang cepat sehingga lebih cepat dipanen namun harus diiringi dengan pembudidayaan sehinga stok lamun dapat terjaga dan ekosistem lamun di laut dapat lestari.  

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Pages

    Labels

    Blogger Tricks

    Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Violation Search

    Visitors Counter

    free counters

    wibiya widget

    Diberdayakan oleh Blogger.

    Paling sering dikunjungi

    (c) Copyright 2010 CupCakes. Blogger template by Bloggermint